BACATENGERANG.COM – “Jeeuuhh parah jasa sia ka aing, lamun ngke aing boga duit moal aing bere”
Ungkapan tersebut adalah ciri khas dari bahasa sunda Tangerang,
Bahasa sunda terdistribusi lebih dulu di daerah Banten. Bahasa Sunda di Banten memiliki ciri dalam dialek pengucapan dan kata-katanya.
Bahasa Sunda di Banten umumnya tidak mengenal tingkatan. Secara prakteknya, Bahasa Sunda Banten digolongkan sebagai Bahasa Sunda dialek Barat. Pengucapan bahasa Sunda di Banten berada di daerah Selatan Banten (Lebak, Pandeglang).
Tak hanya daerah Selatan Banten yang memiliki kultur berbahasa sunda, Tangerang pun memiliki bahasa sunda yang unik dan menarik pada pengucapan dan kata-katanya.
Dari pewarisan segi bahasa, bahasa sunda turun di Tangerang sejak jaman kolonial, berasal dari orang-orang Priangan, yang kebanyakan dari mereka datang dan menetap hingga melestarikan budayanya. Oleh karena itu, Tangerang sampai sekarang banyak diidentifikasikan sebagai orang Sunda. Dengan tetap menggunakan Bahasa Sunda sebagai bahasa sehari-hari.
Penyebaran yang begitu signifikan sekarang terlihat dalam beberapa daerah, terutama pada daerah adminstratif wilayah Kabupaten Tangerang, yang meliputi Tigaraksa, Balaraja dan Sepatan.
Namun selain itu di Kota Tangerang juga tetap bisa kita temui, terutama pada beberapa kampung. Diantaraya kampung Bugel, Gebang dan Tugu. Disana warganya amat kental sekali dalam berbahasa sunda Tangerang.
Berikut ini beberapa kata yang merupakan ciri khas dalam Bahasa Sunda Tangerang.
sangat/ jasa
dia/ nyana
susah/ hese
seperti /doang
tidak pernah/ tilok
saya/ aing
melihat /noong
makan /hakan / dahar
kenapa/ pan
singkong/ dangdeur
tidak mau/ embung
belakang /Tukang
repot /haliwu
Adapun juga, misalnya dalam perkataan orangtua kalian yang masih berkaitan dengan sunda jasa, pasti sering mendengar tentang larangan yang semacam ini
“Ulah ngalanggir Pamali ( Ngalanggir posisi tidur tengkurap dengan kedua kaki diangkat keatas)”
itu dianggap larangan oleh kebanyakan orang tua, karena mereka juga meyakini dari orang tua terdahulu bahwa akan membawa kesialan.
Intinya jangan membantah apalagi mengajaknya berdebat. Sebab alasannya yang pasti untuk lebih menghormati saja. Ya, tentu kalau kita telaah lagi pun ternyata tidak baik nanti perut akan engap dan sakit.
Dalam urusan pengembangan dan pelestarian bahasa sunda, terdapat komunitas yang kini hadir memberikan eksistensi-Aing Tangerang merupakan sebuah gerakan pemuda Sunda Tangerang dalam membentuk sebuah wadah yang berperan aktif melestarikan budaya dan bahasa Sunda Tangerang dengan kegiatan yang menarik, kreatif, dan positif.
Selain lewat gerakan tersebut, upaya pemerintah kedepan bisa turut mendongkrak dan mempopulerkan budaya bahasa sunda Tangerang. Disamping itu, utamanya dibantu masyarakat yang terus memakai bahasa sunda Tangerang. Sehingga kelak akan bangga tentu tersemai pada kita sebagai warga asli Tangerang.
Teman saya yang tergabung dalam komunitas lain pun ada sampai sekarang menggunakan bahasa sunda. Ia tetap cuek dan memakai bahasa asli Tangerang. Menurutnya, bahasa itu sudah mendarah daging, susah kalau dihilangkan.
Dalam penuturannya, ia bercerita kepada saya tentang teman nya yang merasa malu berbahasa sunda.
‘Jeeeuuu hese Dhan,nyana mah embungeun make bahasa sunda, isineun jasaaa’
Ada tambahan ‘jeeeuu’ dan ‘jasa’ yang khas dari bahasa sunda Tangerang dan itu yang membedakan dengan bahasa sunda Jawa Barat.
Tidak usah sungkan kalau memang ternyata kita hidup dalam kultur yang dikelilingi dengan warga yang menggunakan bahasa sunda. Apalagi jika tertarik ingin mempelajarinya, tentu menjadi tren yang positif.
Demi kecintaan saya pada bahasa Tangerang, setiap kali bertemu teman SMP yang mayoritas orang Tangerang asli, saya tetap biasakan berbahasa sunda Tangerang. Meski ditengah-tengah perkembangan jaman yang lambat laun luput akan budaya. Minimal dengan hal seperti itu saya percaya bahwa tak akan pernah sirna, budaya akan terus berlestari bersamaan.